Narasumber sedang memberikan materi terkait kopi. Dok/blitarian

Gairah terhadap kopi di Indonesia tak pernah padam. Kopi telah menjadi bagian dari budaya, gaya hidup, dan mesin penggerak ekonomi yang signifikan. 


Menyadari pentingnya pemahaman mendalam tentang komoditas ini, UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno sukses menggelar acara "Literasi Kopi” Dari Kebun Hingga ke Cangkir".


Acara yang berlangsung selama dua hari penuh, pada Senin dan Selasa, 16-17 Juni 2025, ini disambut dengan antusiasme tinggi. Bertempat di Auditorium Sukarno yang megah, sebanyak 100 peserta terpilih dari berbagai kalangan berkumpul untuk menyerap ilmu langsung dari narasumber, Zandi Ferryansa, pendiri House of Coffeemorning Sidoarjo.


Materi yang disajikan begitu komprehensif, membawa peserta dalam sebuah perjalanan epik menelusuri dunia kopi.


Berikut kami rangkum intisari dari materi luar biasa tersebut, sebuah panduan lengkap bagi siapa pun yang ingin memahami kopi secara utuh.


Jejak Sejarah Kopi: Dari Legenda Ethiopia hingga Tanah Blitar

Setiap cangkir kopi menyimpan cerita ribuan tahun. Pemahaman akan sejarahnya memberikan kita perspektif yang lebih kaya dalam menikmati setiap tegukannya.

Mitos dan Fakta Penemuan Biji Ajaib

Kisah penemuan kopi diselimuti oleh legenda yang menawan. Salah satu yang paling terkenal adalah legenda dari Ethiopia pada abad ke-9, tentang seorang penggembala kambing bernama Kaldi. 


Ia mengamati kambing-kambingnya menjadi luar biasa energik dan tidak tidur semalaman setelah memakan buah beri dari pohon misterius. 


Penasaran, Kaldi menceritakan temuannya kepada seorang biarawan, yang kemudian mengolah biji tersebut menjadi minuman untuk membantunya tetap terjaga selama berdoa.


Namun, catatan sejarah lain dari Kitab 'Linaasush Shofwah bi Anfaasil Qohwah' menyebut nama Imam Abul Hasan Asy-Syadzili sebagai penemu biji kopi pada abad ke-6. Dalam perjalanannya, beliau memakan buah dari sebuah pohon dan merasakan keanehan: rasa kantuknya hilang seketika sepanjang malam. Sejak saat itu, ia mulai memanggang, menyeduh, dan menyebarkan minuman tersebut.


Peran Kopi dalam Sejarah Dunia dan Kecintaan Bung Karno

Jauh di Eropa, kopi menjadi bahan bakar revolusi. Di Paris, kedai kopi seperti Café Procope menjadi tempat berkumpulnya para pemikir Pencerahan seperti Voltaire, di mana ide-ide Revolusi Perancis dilahirkan. Kopi menjadi simbol intelektualitas dan perubahan sosial.


Di tanah air, Proklamator kita, Bung Karno, juga memiliki hubungan erat dengan kopi. Beliau diketahui sangat menyukai Kopi Liong Bulan, sebuah merek kopi legendaris dari Bogor. 


Momen bersejarah bahkan merekam Bung Karno menikmati kopi bersama pemimpin dunia lainnya, seperti Presiden Mesir Gamal Naseer dan PM India Nehru, pada KTT Gerakan Non-Blok I di Beograd tahun 1961.


Kopi Merambah Nusantara, Jejak VOC di Indonesia

Kopi bukanlah tanaman asli Indonesia. Benih kopi Arabika pertama kali dibawa dan ditanam oleh pemerintah kolonial Belanda di dekat Batavia (sekarang Jakarta) pada tahun 1696. Hasilnya ternyata luar biasa. 


Kualitas kopi dari Jawa dinilai sangat baik, mendorong Belanda untuk memperluas perkebunan secara masif ke berbagai pulau, termasuk Aceh, Sumatera, Sulawesi, dan Bali.


Namun, pada tahun 1878, sebuah malapetaka terjadi. Penyakit karat daun (hemileia vastatrix) menghancurkan hampir seluruh perkebunan kopi Arabika di dataran rendah. Untuk menyelamatkan bisnisnya, Belanda mendatangkan jenis kopi Liberika yang lebih tahan penyakit. 


Tak berhenti di situ, pada tahun 1907, Belanda kembali mendatangkan jenis kopi Robusta, yang terbukti lebih tangguh dan mampu tumbuh subur di dataran rendah.


Denyut Nadi Kopi di Jantung Blitar

Blitar ternyata memiliki sejarah kopi yang sangat tua.


  • Perkebunan Kopi Tugu Kawisari: Didirikan pada tahun 1870 di lereng Gunung Kelud, ini adalah perkebunan kopi tertua di Jawa Timur. Dengan luas mencapai 850 hektar, perkebunan ini mayoritas menghasilkan kopi Robusta dan masih eksis hingga sekarang.


  • De Karanganjar Koffieplantage: Didirikan pada tahun 1874, perkebunan ini awalnya dikelola oleh perusahaan Belanda. 


Pasca-kemerdekaan, perkebunan ini sempat berada di bawah pengelolaan Presiden Sukarno pada tahun 1957 dan kini menjadi destinasi agrowisata.

Memahami Kopi Lebih Dalam: Sains, Budaya, dan Potensi

Dok/blitarian


Setelah menelusuri sejarah, materi berlanjut ke pemahaman kopi di era modern. Mengapa minuman ini begitu digandrungi?

Laboratorium Rasa dalam Secangkir Kopi

Rasa kompleks dalam kopi bukanlah sihir, melainkan sains. Setiap sensasi rasa dibentuk oleh senyawa kimia spesifik:


  • Pahit: Dihasilkan oleh senyawa alkaloid, terutama kafein, asam klorogenat, dan trigonelin.

  • Asam: Muncul dari konsentrasi ion H+ dari asam organik seperti asam sitrat (khas jeruk) dan asam malat (khas apel).

  • Manis: Berasal dari gugus OH- dalam molekul gula yang terkandung dalam biji kopi.

  • Asin: Dipengaruhi oleh kation mineral seperti Natrium (Na+) dan Kalium (K+).

  • Umami: Rasa gurih ini berasal dari asam amino seperti glutamat yang juga terdapat dalam biji kopi.

Indonesia sebagai Raksasa Kopi Dunia

Sebagai negara penghasil kopi terbesar kedua di dunia, potensi Indonesia sangatlah luar biasa. Potensi ini tidak hanya sebatas menjual biji kopi mentah. 

Industri kreatif, pastry, kerajinan, hingga penyelenggaraan event bertema kopi adalah ceruk pasar yang dapat terus dikembangkan dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan.

Perjalanan Biji Kopi: Seni dan Sains dari Hulu ke Hilir

Bagian paling teknis namun menarik adalah memahami proses transformasi biji kopi dari buah di pohon hingga menjadi bubuk yang siap diseduh.

Paskapanen: Kunci Pembentuk Karakter Rasa

Metode pengolahan setelah panen (paskapanen) adalah salah satu faktor paling krusial yang menentukan profil rasa kopi. Empat proses utama yang dijelaskan adalah:


  1. Natural (Proses Kering): Buah kopi dikeringkan utuh bersama kulit dan dagingnya. Proses ini menghasilkan kopi dengan tingkat keasaman cerah (bright acidity) dan rasa buah yang kuat.


  1. Full Washed (Proses Basah): Kulit dan lendir (mucilage) pada buah kopi dihilangkan seluruhnya dengan air sebelum biji dijemur. Hasilnya adalah kopi dengan karakter rasa yang bersih dan tingkat keasaman lebih tinggi (more acidity).


  1. Honey (Proses Madu): Kulit buah dikupas, namun lendirnya yang manis seperti madu dibiarkan menempel pada biji saat proses penjemuran. Ini memberikan tingkat keasaman yang ringan (slight acidity) dan body yang lebih tebal.


  1. Semi Washed (Giling Basah): Kombinasi proses kering dan basah yang populer di Indonesia. Proses ini menghasilkan kopi dengan tingkat keasaman rendah (low acidity).

Roasting (Sangrai): Transformasi Ajaib Biji Kopi

Roasting adalah proses memanggang biji kopi mentah (green bean) hingga mencapai tingkat kematangan tertentu. Proses inilah yang memunculkan aroma manis karena karamelisasi gula di dalam biji. 

Suhu dan waktu sangrai akan sangat memengaruhi hasil akhir dan rasa kopi, mulai dari pengurangan kadar air, perubahan berat, hingga warna biji.

Mengenal Dua Primadona: Arabika vs. Robusta

Di Indonesia, dua spesies kopi mendominasi pasar: Arabika dan Robusta. Keduanya memiliki perbedaan fundamental:


  • Arabika: Tumbuh di dataran tinggi (1.000-2.200 mdpl), memiliki kadar kafein lebih rendah (0,8-1,4%), bentuk biji lebih oval, dan karakter rasa yang kompleks, fruity, dan kaya aroma.


  • Robusta: Tumbuh subur di dataran rendah (0-800 mdpl), kadar kafeinnya jauh lebih tinggi (1,7-4,0%), bentuk biji cenderung bulat, dengan karakter rasa yang kuat, pahit khas (bitter), dan body yang tebal.

Cupping: Ritual Profesional Mencicipi Kopi

Untuk menilai kualitas kopi secara objektif, para profesional melakukan sesi cupping. Ini adalah metode untuk mengevaluasi dan membandingkan karakteristik berbagai biji kopi. Aspek-aspek yang dinilai secara detail meliputi:

  • Aroma & Fragrance: Bau kopi saat kering dan setelah diseduh.

  • Flavor: Kombinasi unik antara rasa dan aroma.

  • Aftertaste: Kesan rasa yang tertinggal setelah kopi ditelan.

  • Acidity: Tingkat keasaman yang menyenangkan, bukan masam yang mengganggu.

  • Body: Sensasi kekentalan atau bobot kopi di dalam mulut.

  • Balance: Keseimbangan harmonis dari semua aspek di atas.

Dari Seduhan Manual Hingga Peluang Bisnis Menggiurkan

Literasi kopi tidak akan lengkap tanpa praktik. Bagian terakhir dari materi ini membekali peserta dengan pengetahuan praktis tentang penyeduhan dan cara mengubah hobi menjadi bisnis.

Seni Seduh Manual (Manual Brew)

Manual brewing adalah seni menyeduh kopi tanpa menggunakan mesin espresso, yang bertujuan untuk menonjolkan karakter unik dari setiap biji kopi (single origin). Beberapa metode populer antara lain:


  • Pour Over (V60, Kalita): Menggunakan dripper kerucut untuk menyeduh kopi dengan aliran air terkontrol. Ukuran gilingan yang disarankan adalah medium.


  • Immersion (French Press, AeroPress): Kopi direndam dalam air selama beberapa waktu sebelum disaring. French Press menggunakan gilingan kasar (coarse), sementara AeroPress lebih fleksibel.


  • Espresso Manual (Moka Pot, RokPresso): Alat yang memungkinkan pembuatan kopi pekat layaknya espresso tanpa listrik.

Memulai Bisnis Kopi: Bukan Sekadar Modal

Melihat ramainya kedai kopi, banyak yang tergiur untuk membuka usaha. Namun, bisnis yang sukses membutuhkan lebih dari sekadar kopi enak. Materi ini menekankan pentingnya kerangka kerja manajemen POAC:


  1. Planning (Perencanaan): Membuat rencana yang jelas dan terukur (SMART).

  2. Organizing (Pengorganisasian): Membagi tugas dan sumber daya secara efektif.

  3. Actuating (Pelaksanaan): Bekerja keras dan cerdas untuk menjalankan rencana.

  4. Controlling (Pengendalian): Mengawasi proses untuk memastikan semua berjalan sesuai rencana dan melakukan koreksi jika perlu.


Kunci suksesnya adalah memiliki kemauan kuat, pengetahuan, mental bisnis, inovasi, dan selalu berorientasi pada pelayanan pelanggan, karena kopi enak saja tidak cukup.

Literasi Kopi sebagai Gerbang Kompetensi

Sesi foto bersama. Dok/panitia Perpus BK

Acara "Literasi Kopi" di Perpustakaan Bung Karno telah membuka mata 100 pesertanya bahwa dunia kopi begitu luas dan dalam.Tidak hanya soal menyeduh, tetapi juga tentang sejarah, sains, seni, dan bisnis.


Pada akhirnya, seperti kutipan penutup dari narasumber, "Hidup ini singkat, maka jadilah seseorang yang membuat perbedaan (positif) dan menginspirasi". 


Semoga literasi ini menjadi percikan api yang menginspirasi lahirnya lebih banyak lagi pegiat kopi yang kompeten dan berdaya saing dari Blitar dan seluruh Indonesia. []