Suara Sastra edisi ke-47 kembali digelar dengan penuh semangat pada Ahad, 8 Desember 2024.
Acara ini berlangsung di kediaman Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (Dispusip) Kabupaten Blitar, Bapak Dr. Jumali, S.Pd, M.AP, yang dengan hangat membuka pintu rumahnya untuk menyambut para seniman, penyair, dan aktivis literasi.
Sebagai agenda rutin yang telah menjadi ikon Dispusip, Suara Sastra kali ini mengusung dua tujuan utama, yakni memberikan ruang ekspresi bagi seniman lokal dan membahas rencana acara Purnama Sastra akhir tahun.
Purnama Sastra diharapkan menjadi momen spesial dengan peluncuran buku Dari Blitar untuk Indonesia Vol. 2: Harapan untuk Blitar.
Buku tersebut akan menampilkan berbagai tulisan yang mencerminkan aspirasi, refleksi, serta kecintaan terhadap Blitar dan Indonesia.
Dalam sambutannya, Bapak Dr. Jumali menyampaikan apresiasinya terhadap acara ini. Ia menyebut Suara Sastra sebagai bagian penting dari upaya Dispusip dalam mendorong kemajuan literasi, seni, dan budaya di Kabupaten Blitar.
Menurutnya kegiatan seperti ini tidak hanya mempererat komunitas seni dan literasi, tetapi juga menjadi wadah untuk menumbuhkan kreativitas masyarakat Blitar.
Dr. Jumali menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah daerah, seniman, dan masyarakat untuk terus memajukan tradisi literasi di Blitar.
Ketua pelaksana acara, Jon Blitar, turut menyampaikan optimismenya. Ia memastikan seluruh persiapan untuk Purnama Sastra akhir tahun berjalan lancar.
Menurut Jon, acara ini bukan hanya tentang peluncuran buku, tetapi juga perayaan seni dan budaya Blitar yang kaya dan beragam. “Kami ingin memastikan bahwa Purnama Sastra dapat menjadi ajang yang meninggalkan kesan mendalam, baik bagi para peserta maupun masyarakat Blitar,” tegasnya.
Seperti biasa, Suara Sastra dipandu oleh Ahmad Fahrizal Aziz, yang dikenal dengan kemampuannya menciptakan suasana hangat dan penuh inspirasi.
Fahrizal berhasil memandu acara dengan baik, menghubungkan setiap segmen dengan gaya khasnya yang santai namun berbobot.
Kehadirannya menjadi salah satu faktor yang membuat Suara Sastra selalu dinanti oleh para penggemarnya.
Acara ini juga dimeriahkan oleh penampilan dari sejumlah penyair, seniman, dan aktivis literasi terkemuka.
Nama-nama seperti Galang Suhastra, Heru Patria, Betet Kunamsinam, Celvian Dian, Mak Kom, Chici Coo, Florensia Dita, dan banyak lainnya, tampil memukau dengan karya-karya mereka yang menggugah.
Dari puisi yang penuh makna hingga pertunjukan seni yang dinamis, setiap penampilan seolah membangkitkan semangat para hadirin untuk terus mencintai seni dan sastra.
Selain itu, acara ini juga menjadi ajang diskusi santai di antara para peserta. Mereka berbagi pengalaman, pandangan, dan harapan tentang perkembangan seni dan literasi di Blitar.
Kolaborasi lintas komunitas yang tercipta melalui Suara Sastra membuktikan bahwa semangat kebersamaan dapat menjadi fondasi kuat untuk menciptakan perubahan positif.
Suara Sastra edisi ke-47 menjadi bukti nyata bahwa Blitar adalah salah satu pusat perkembangan seni dan sastra di Indonesia.
Melalui acara ini, Blitar tidak hanya menegaskan eksistensinya di dunia seni dan literasi, tetapi juga menunjukkan bahwa kota ini memiliki potensi besar untuk terus berkembang.
Harapan besar yang dituangkan dalam buku Dari Blitar untuk Indonesia Vol. 2: Harapan untuk Blitar, Suara Sastra mengajak semua pihak untuk terus melangkah maju, menyatukan seni, sastra, dan harapan untuk masa depan yang lebih cerah.
Acara ini ditutup dengan apresiasi kepada semua pihak yang telah berkontribusi, meninggalkan kesan mendalam bagi para peserta dan hadirin. Suara Sastra edisi ke-47 bukan hanya pertemuan biasa, tetapi sebuah perayaan literasi yang menginspirasi.
0 Komentar