Seporsi Tahu Telur Lontong, pas menemani cuaca dingin selepas hujan. Dok/pribadi

Malam itu, hujan menyisakan genangan di sepanjang Jalan Tanjung, Kota Blitar. 

Di bawah tenda hijau mencolok bertuliskan “Tahu Lontong Bu Sulastri,” suasana sederhana menyambut siapa saja yang ingin menghangatkan perut dan hati. 

Warung ini berdiri dengan nuansa klasik; atap seng bergelombang, lampu bohlam menggantung seadanya, dan meja berlapis plastik merah tua yang telah menemani banyak obrolan.

Di dalam warung, kesibukan terus mengalir. Seorang ibu dengan cekatan meracik pesanan di dapur terbuka, ditemani televisi kecil yang menyiarkan berita malam. 

Deretan menu di dinding menawarkan hidangan khas seperti Tahu Telur Bumbu, Lontong Tahu, dan Nasi Ayam Kuning dengan harga yang bersahabat. Minuman pun lengkap, dari kopi hitam hingga teh hangat.

Pukul 21.00, pesanan datang: sepiring tahu telur bumbu kacang yang kental dan gurih, lengkap dengan kerupuk dan acar segar. Secangkir teh hangat menjadi pelengkap sempurna. 

Suasana yang sederhana ini justru memunculkan keintiman dan kehangatan. Warung Bu Sulastri adalah ruang nostalgia, tempat rasa dan kenangan bercampur dalam setiap suapan.


Suasana dapur terbuka yang membuat kita bernostalgia dengan warung-warung zaman dulu. Dok/pribadi