Literasi bukan sekadar urusan membaca dan menulis. Di kota dan kabupaten Blitar, literasi telah menjadi gerakan sosial, budaya, bahkan transformasi digital. 

Namun dari sekian banyak pelaku dan tokoh literasi, siapa sebenarnya yang paling menonjol?

Artikel ini mengupas tuntas tokoh-tokoh literasi Blitar dari berbagai aspek: kiprah komunitas, karya tulis, dan kedekatan dengan birokrasi. Mari kita mulai!

1. Ahmad Fahrizal Aziz: Tokoh Literasi Seimbang dari Akar hingga Kebijakan

Jika berbicara tentang siapa yang paling menonjol secara komunitas, karya tulis, dan relasi dengan birokrasi, maka nama Ahmad Fahrizal Aziz pantas berada di garis depan.

Mengapa Fahrizal Aziz layak disebut tokoh literasi?

  • Pendiri banyak komunitas literasi seperti Forum Lingkar Pena Blitar, Paguyuban Srengenge, dan Komunitas Muara Baca.
  • Aktif menjadi narasumber dalam pelatihan penulisan lokal oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Blitar.
  • Menulis esai dan artikel secara konsisten di blog, Kompasiana, dan Insight Blitar.
  • Pengurus GPMB (Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca) hingga tingkat kabupaten.

Dengan rekam jejak ini, Fahrizal membuktikan bahwa literasi tidak harus berada di gedung tinggi atau panggung nasional. Ia hidup bersama warga, menulis untuk publik, dan bergerak bersama komunitas akar rumput.

2. Nurny Syam: Literasi Inklusif dari Balik Instansi Negara

Sebagai Kepala UPT Perpustakaan Proklamator Bung Karno, Nurny Syam memimpin gerakan literasi berbasis inklusi sosial. Program-program seperti literasi daur ulang, literasi kopi, literasi pemasaran digital, hingga literasi budaya wastra menjadi bentuk nyata dari penerapan literasi modern yang berdampak langsung ke masyarakat.

Kelebihannya:

  • Akses kebijakan nasional melalui jejaring Perpusnas RI.
  • Pendekatan literasi yang melibatkan UMKM, perempuan, hingga pelajar.
  • Membawa literasi dari sisi kelembagaan negara, menjangkau publik melalui program praktis dan edukatif.

3. Hamzah Fathoni: Pelopor Literasi Digital Blitar Raya

Tokoh di balik Relawan TIK Kabupaten Blitar, Hamzah Fathoni berhasil menyentuh lebih dari 17.000 orang melalui pelatihan literasi digital. Sasaran programnya luas: pelajar, petani, pelaku UMKM, penyandang disabilitas, dan masyarakat desa.

Meskipun tidak terlalu fokus pada karya tulis sastra atau esai, kekuatan Hamzah terletak pada skalabilitas dan keberlanjutan program.

4. Nurul Istiqomah: Menulis Kearifan Lokal dalam Bentuk Buku

Nurul Istiqomah aktif menulis tentang Blitar melalui karya seperti:

  • 7 Destinasi Wisata Religi di Bumi Bung Karno
  • The Uniqueness of Klampok Village

Sebagai akademisi dan ibu rumah tangga, kontribusinya lebih banyak hadir dalam bentuk publikasi dan pelestarian budaya tertulis. Meski tidak memimpin komunitas besar, kekuatan tulisannya menjadikannya tokoh penting dalam dokumentasi literasi Blitar.

5. Komunitas Lain yang Tak Kalah Hebat

Berikut komunitas dan tokoh literasi lain yang juga punya kontribusi luar biasa:

🔸 Rumah Literasi Bangsa (Edy Syahputra)

Mengadakan lomba esai, diskusi lintas pelajar dan aktivis, serta kolaborasi antarkomunitas di Blitar Raya.

🔸 Sajak Literata (Pelajar Blitar)

Rutin membuka lapak baca dan diskusi di Taman Kebon Rojo. Contoh konkret bahwa literasi bisa dimulai dari remaja.

🔸 Hammer Literasi (SMK PGRI Wlingi)

Menghidupkan perpustakaan sekolah, menerbitkan majalah dan buku antologi siswa. Dipimpin oleh Drs. Bambang Setiyono.

🔸 Ali Efendi (MTsN 7 Blitar)

Guru yang membina siswa menulis cerpen dan puisi, menghasilkan karya kolektif dari pelajar di bawah bimbingannya.

Penilaian Akhir: Siapa yang Paling Menonjol?

Jika dipetakan berdasarkan 3 aspek utama:

Nama Komunitas Karya Tulis Birokrasi
Ahmad Fahrizal Aziz ✅✅✅ ✅✅ ✅✅✅
Nurny Syam ✅✅ ✅✅✅✅
Hamzah Fathoni ✅✅✅ ✅✅✅
Nurul Istiqomah ✅✅✅


Ahmad Fahrizal Aziz adalah tokoh literasi Blitar yang paling menonjol secara menyeluruh, karena aktif membangun komunitas, menulis secara konsisten, dan punya jejaring yang kuat dengan instansi pemerintah daerah.